
Keutamaan Berakhlak Mulia
Definisi Akhlak
Pengertian budi pekerti menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia tahun 1989 adalah sebuah tingkah laku, perangai, serta akhlak dan watak. Budi pekerti secara epistimologi terdiri atas dua kata yaitu budi dan pekerti. Budi dalam Bahasa Sansekerta berarti kesadaran, pengertian, pikiran, dan kecerdasan. Sedangkan pekerti adalah penampilan, perilaku, dan aktualisasi. Sehingga budi pekerti dapat dimaknai sebagai sebuah kesadaran seseorang dalam bertindak dan berperilaku.
Budi pekerti merupakan sebuah sikap positif yang termasuk di dalamnya adalah tindakan sopan santun. Budi pekerti merupakan sebuah sikap dan tindakan yang diperoleh berdasarkan kebiasaaan yang dilakukan sedari kecil. Budi pekerti adalah sebuah sikap yang akan terbentuk dalam benak setiap orang serta dengan sendirinya diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Budi pekerti dapat diasosiasikan dengan moral, etika, akhlak mulia, tata krama, dan sopan santun.
Akhlak mulia memiliki peran penting dalam kehidupan bermasyarakat dan dalam masalah agama seseorang sangat ditekankan untuk memiliki akhlak yang luhur, karena inilah bentuk kesempurnaan agama islam yang dibawa oleh Rasulullah. Beliau tidaklah diutus oleh Allah ta’ala kepada kaumnya setelah mentauhidkan-Nya dan dengan berbudi pekerti baik dan memiliki akhlak yang mulia,
Sebagaimana Allah berfirman :
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ
“Maka berkat rahmat Allah dan kasih sayangnya engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka, sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu” [1]
Dan Allah sendiri yang memuji Nabinya dengan memeliki akhlak yang baik, sebagaimana Allah berfirman:
وَإِنَّكَ لَعَلَى خُلُقٍ عَظِيمٍ
“Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) berada diatas akhlak yang mulia”[2]
Dan Rasulullah tidaklah diutus oleh Allah setelah mentauhidkan-Nya melainkan untuk menyempurnkan akhlak yang mulia.
Dan Rasulullah bersabda dalam haditsnya
إِنَّمَا بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ صَالِحَ الْأَخْلَاقِ
“Sesungguhnya aku diutus oleh Allah untuk menyempurnakan akhlah yang mulia” [3]
Oleh karena itu selayaknya bagi setiap muslim untuk menghiasi dirinya, baik dalam ucapan nya maupun perbuatannya dalam rangka untuk berakhlak yang mulia dan budi pekerti yang baik.
Keutamaan Berakhlak Mulia
- Menunjukkan Kesempurnaan Agama Islam.
Sebagaimana diketahui bersama bahwasanya islam tidak hanya mengajarkan tentang mentauhidkan Allah. Bahkan lebih dari itu, islam mengajarkan dan membimbing manusia untuk menjadi lebih baik terhadap Allah ta’ala semata, dan Rasulnya dan terhadap sesama manusia,
Maka oleh karena itu ketika seorang yahudi datang kepada salah seorang sahabat yaitu Salman Al Farisi dan merasakan ta’ajjub terhadap agama ini sampai dia mengatakan: Apakah Nabi kalian mengajarkan segala sesuatu sampai dalam hal yang kecilpun (bersuci), maka sahabat ini menjawab: ya, benar. Rasul kami mengajarkan adab misalnya dalam hal bersuci.
- Kedudukan Yang Sangat Tinggi Di Hari Kiamat
Sebagaimana dalam sabda Rasulullah صلى الله عليه وسلم :
إِنَّ مِنْ أَحَبِّكُمْ إِلَيَّ وَأَقْرَبِكُمْ مِنِّي مَجْلِسًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَحَاسِنَكُمْ أَخْلَاقًا
“Sesungguhnya diantara yang paling aku cintai diantara kalian dan orang yang paling dekat tempat duduknya denganku pada hari kiamat adalah orang yang paling baik akhlaknya”[4]
- Diantara bentuk kesempurnaan iman seseorang
Dalam sebuah hadits disebutkan Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda :
أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِينَ إِيمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا
“Orang mu’min yang paling sempurna imannya adalah orang yang paling baik akhlaknya” [5]
- Mendapatkan derajat orang yang shalat malam dan berpuasa
Sebagaimana dalam sebuah hadits disebutkan:
إِنَّ الْمُؤْمِنَ لَيُدْرِكُ بِحُسْنِ خُلُقِهِ دَرَجَةَ الصَّائِمِ الْقَائِمِ
“Sesungguhnya orang mu’min akan mendapatkan kedudukan orang berpuasa dan shalat malam dengan akhlak yang mulia”[6]
والله تعالى أعلم وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم
[1] QS. Ali ‘imran: 159
[2] QS. Al Qalam: 4
[3] HR. Ahmad: 8952
[4] HR. Tirmidzi no. 1941
[5] HR. Abu dawud : 4684
[6] HR. Ahmad no. 25013 dan Abu Dawud no. 4165