
Kemana Tujuan Utama Kita?
Kemana Tujuan Utama Kita?
Khutbah Jum’at, 13 Oktober 2022
Ustadz Aria Sofyan
Seseorang yang berakal dan mengggunakan akalnya, tentu tatkala dia akan tinggal di suatu daerah, dia akan mencari informasi situasi keadaan di daerah tersebut agar kelak tatkala dia tinggal di tempat tersebut atau daerah tersebut dia terhindar dari berbagai macam bentuk keburukan atau kejelekan yang ada di tempat tersebut. Begitu juga kelak tatkala dia tinggal di tempat tersebut dia mendapatkan berbagai macam bentuk kebaikan yang ada di tempat tersebut. Oleh karena itu, Allah ta’ala dengan rahmah-Nya, karunia-Nya dan kasih sayang-Nya memberitahukan kepada kita, menginformasikan kepada kita, memberitakan kepada kita tentang suatu tempat di mana tempat ini akan dihuni oleh manusia untuk menjalani kehidupannya. Tempat ini bernama dunia, di mana manusia akan hidup di dalamnya dalam waktu yang pendek dalam jangka waktu yang singkat, Allah ta’ala berfirman:
كَاَنَّهُمْ يَوْمَ يَرَوْنَهَا لَمْ يَلْبَثُوْٓا اِلَّا عَشِيَّةً اَوْ ضُحٰىهَا
“Pada hari ketika mereka melihat hari Kiamat itu (karena suasananya hebat), mereka merasa seakan-akan hanya (sebentar saja) tinggal (di dunia) pada waktu sore atau pagi hari” (QS. An-Nazi’at: 46)
قٰلَ اِنْ لَّبِثْتُمْ اِلَّا قَلِيْلًا لَّوْ اَنَّكُمْ كُنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ
“Dia (Allah) berfirman, “Kamu tinggal (di bumi) hanya sebentar saja, jika kamu benar-benar mengetahui” (QS. Al-Mu’minun: 114)
Oleh karena itu sebesar apapun, sebanyak apapun kenikmatan, kesenangan yang bisa diperoleh sesorang di dunia ini, pada hakekatnya adalah sesuatu yang kecil, suatu yang rendah, suatu yang akan lenyap dan hilang, Allah ta’ala berfirman:
فَمَا مَتَاعُ الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا فِى الْاٰخِرَةِ اِلَّا قَلِيْلٌ
“Padahal kenikmatan hidup di dunia ini (dibandingkan dengan kehidupan) di akhirat hanyalah sedikit” (QS. At-Taubah: 38)
قُلْ مَتَاعُ الدُّنْيَا قَلِيْلٌۚ وَالْاٰخِرَةُ خَيْرٌ لِّمَنِ اتَّقٰىۗ
“Katakanlah, “Kesenangan di dunia ini hanya sedikit dan akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa” (QS. An-Nisa: 77)
مَا عِنْدَكُمْ يَنْفَدُ وَمَا عِنْدَ اللّٰهِ بَاقٍۗ
“Apa yang ada di sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal.”
(QS. An-Nahl: 96)
Dalam hadits yang diriwayatkan oleh imam muslim dari sahabat Al-Mustaurid ibn Syaddad radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Demi Allah tidaklah dunia ini bila dibandngkan dengan akhirat seperti salah seorang dari kalian memasukkan jarinya ke dalam lautan kemudian mengangkatnya, maka lihatlah apa yang terdapat dalam jari itu, itulah kenikmatan (kesenangan yang ada di dunia ini, dan kehidupan dunia ini hanyalah permainan, senda gurau, saling berbangga-banggaan akan banyaknya harta, banyaknya keturunan dan kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan yang menipu”.
Hal ini ditegasakan oleh Allah ta’ala dalam firman-Nya:
اِعْلَمُوْٓا اَنَّمَا الْحَيٰوةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَّلَهْوٌ وَّزِيْنَةٌ وَّتَفَاخُرٌۢ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِى الْاَمْوَالِ وَالْاَوْلَادِۗ كَمَثَلِ غَيْثٍ اَعْجَبَ الْكُفَّارَ نَبَاتُهٗ ثُمَّ يَهِيْجُ فَتَرٰىهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُوْنُ حُطَامًاۗ وَفِى الْاٰخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيْدٌۙ وَّمَغْفِرَةٌ مِّنَ اللّٰهِ وَرِضْوَانٌ ۗوَمَا الْحَيٰوةُ الدُّنْيَآ اِلَّا مَتَاعُ الْغُرُوْرِ
“Ketahuilah, sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan sendagurauan, perhiasan dan saling berbangga di antara kamu serta berlomba dalam kekayaan dan anak keturunan, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian (tanaman) itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridaan-Nya. Dan kehidupan dunia tidak lain hanyalah kesenangan yang palsu” (QS. Al-Hadid: 20)
Oleh karena itu, Allah ta’ala menjadikan kehidupan dunia ini sebagai tempat ujian, sebagai tempat untuk menguji manusia, bukan tempat untuk beristirahat yang sebenarnya, bukan tempat untuk mencari kesenangan dan kenikmatan, Allah ta’ala berfirman:
اِنَّا جَعَلْنَا مَا عَلَى الْاَرْضِ زِيْنَةً لَّهَا لِنَبْلُوَهُمْ اَيُّهُمْ اَحْسَنُ عَمَلًا
“Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang ada di bumi sebagai perhiasan baginya, untuk Kami menguji mereka, siapakah di antaranya yang terbaik perbuatannya”
(QS. Al-Kahfi: 7)
وَنَبْلُوْكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً ۗوَاِلَيْنَا تُرْجَعُوْنَ
“Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan. Dan kamu akan dikembalikan hanya kepada Kami” (QS. Al-Anbiya’: 35)
Di dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari sahabat Abu Sa’id Al Khudri radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Dunia ini manis, dunia ini hijau dan Allah menjadikan kalian manusia menjadi khalifah di dalamnya untuk melihat apa yang kalian lakukan, apa yang kalian perbuat dan dunia ini tidak ada harganya, tidak ada nilainya sama sekali di sisi Allah ta’ala”
Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Tirmizi juga Ibnu Majah dishahihkan oleh syaikh Albani rahimahullahu ta’ala, dari sahabat Sahl ibn Sa’di As Sa’idi Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Seandainya dunia ini seharga di sisi Allah seperti sayap nyamuk, maka Allah tidak akan memberi minum orang kafir walaupun hanya seteguk”
Di dalam hadits lain yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, dari sahabat Abdullah bin Jabir radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Demi Allah, dunia ini lebih hina di sisi Allah ta’ala dibandingkan bangkai anak kambing yang cacat ini di sisi kalian”
Dalam hadits lainnya yang oleh Imam Ahmad, dishaihkan oleh syekh Albani rahimahullah ta’ala dari sahabat Ad-Dhak ibn Sofyan al Kilabi radhiyallahu ‘anhu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Sesungguhnya Allah menjadikan kotoran yang keluar dari manusia sebagai permisalan untuk dunia ini”
Di dalam yang lainnya juga yang diriwayatkan Imam Tirmizi juga Ibnu Majah dihasankan oleh syaikh Albani rahimahullahu ta’ala, dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata, Aku mendengar Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Sungguh dunia ini terlaknat dan terlaknat semua yang ada di dalamnya kecuali Dzikrullah (orang yang berdzikir kepada Allah), kecuali apa-apa yang dicintai oleh Allah, kecuali orang yang berilmu, kecuali orang yang menuntut ilmu”
Oleh karena itu, jadikanlah dunia ini hanya sebagai tempat tinggal sementara, tempat untuk mengumpulkan bekal sebaik-baiknya guna menempuh kehidupan kita yang berat kelak di akhirat. Jadilah kita seperti seorang musafir, di mana seorang musafir tatkala dia singgah sejenak di suatu tempat yang bukan tempat tujuannya, maka dia hanya melakukan yang bermanfaat, yang penting guna menunjang kebutuhan perjalanannya menuju tempat tujuan yang utama dan itulah yang dilakukan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam dan dinasihatkan kepada para sahabatnya Radhiyallahu ‘anhum jami’an.
Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Tirmizi dishahihkan oleh syaikh Albani rahimahullahu ta’ala, dari sahabat Abdullah ibn Umar radhiyallahu ‘anhuma beliau berkata:
“Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam tertidur di atas tikarnya, maka beliau pun bangun maka tampaklah bekas tikar tersebut di tubuhnya, dan dia berkata wahai Rasulullah apakah sebaiknya kami buatkan untukmu kasur? Maka Rasulullah bersabda: “apa urusanku di dunia ini? Aku di dunia ini hanya seperti seorang musafir yang berteduh sejenak di bawah pohon kemudian pergi dan meninggalkannya”.
Di dalam hadits yang lain yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori dari sahabat Abdullah ibn Umar radhiyallahu anhuma beliau berkata, Rasulullah memegang pundakku dan berkata:
“Hiduplah di dunia ini seperti orang asing atau seperti seorang musafir”.
Allah ta’ala berfirman:
وَابْتَغِ فِيْمَآ اٰتٰىكَ اللّٰهُ الدَّارَ الْاٰخِرَةَ وَلَا تَنْسَ نَصِيْبَكَ مِنَ الدُّنْيَا
“Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia” (QS. Al-Qasas 77)
Sebagian orang memahami ayat ini atau menafsirkan ayat ini bahwasanya seseorang tatkala hidup di dunia harus membagi secara seimbang, harus membagi rata antara perkara dunianya dan perkara akhiratnya. Pemahaman dan pemikiran seperti ini adalah pemahaman dan pemikiran yang kurang tepat, terlebih menggunakan dalil di dalam Surah Al-Qasas tersebut.
Mari kita lihat bagaimana para ulama ahli tafsir menafsirkan ayat tersebut, di dalam tafsir At-Thabari dinukil perkataan dari Abdullah ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma bahwasanya yang dimaksud firman Allah ta’ala “dan jangan engkau lupakan bagianmu di dunia ini” maksudnya adalah “kamu beramal di dunia ini untuk kehidupan akhirat”.
Begitu juga berkata Al-Mujahid rahimahullah ta’ala menafsirkan ayat tersebut “dan jangan engkau lupakan bagianmu di dunia ini”, maksudnya adalah yaitu kamu beramal di dalamnya (dunia) dengan ketaatan kepada Allah ta’ala.
Berkata juga Imam Asy-Syaukani rahimahullahu ta’ala di dalam tafsirnya Fathul Qodir beliau berkata “bahwasanya kebanyakan ahli tafsir menafsirkan ayat tersebut maksudnya adalah yaitu kamu beramal di dunia untuk kehidupan akhirat”.
Oleh karena itu, tidak mungkin orang yang tujuan utamanya akhirat dia bisa membagi secara rata antara perkara dunianya dan perkara akhiratnya.
Berkata Abdullah ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu “barangsiapa menginginkan dunia, maka dia akan merugikan kehidupan akhiratnya, dan barangsiapa yang menginginkan kehidupan akhirat maka dia akan merugikan kehidupan dunianya”.
Jadikanlah tujuan utama kita hidup di dunia ini mencari akhirat, mencari ridho Allah ta’ala. Barang siapa yang melakukan hal tersebut, maka Allah akan mempermudah semua urusan kita di dunia ini, Allah akan jadikan kekayaan berada di hati-hati kita, sebagaimana di dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ibnu Majah dishahihkan oleh syaikh Albani rahimahullahu ta’ala dari sahabat Zain bin Tsabit radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Barangsiapa yang ambisi terbesarnya dunia, maka Allah akan cerai beraikan urusannya, Allah akan jadikan kefakiran (kemiskinan) berada di dua matanya dan tidaklah datang dunia kepadanya kecuali dari apa-apa yang Allah tetapkan padanya, dan barangsiapa yang akhirat tujuan utamanya, maka Allah akan permudahkan semua urusannya, Allah akan jadikan kekayaan ada di dalam hatinya dan dunia akan mendatanginya dalam keadaan hina”.
Demikian ringkasan khutbah ini kami sampaikan, semoga dapat memberikan manfaat dan barakah bagi yang membacanya.