
Memuliakan Tamu
Memuliakan Tamu
Ust Rizal Yuliar Putrananda
30 Januari 2023
Kita kembali bertemu dalam kajian rutin senin malam untuk mengkaji sebuah kitab Karya Al-Imam Yahya Ibnu Saraf An-Nawawi rahimahullah yakni kitab Riyadhush Shaalihiin.
Di awal pertemuan pemateri memberikan sebuah nasihat bahwa “perjumpaan kita dengan Allah ta’ala hendaklah dipersiapkan dari sekarang. Saat kita menjumpai Allah ta’ala kita membawa kalbu kita masing-masing, maka hendaklah kalbu itu senantiasa kita bersihkan, kita jaga dan jernihkan agar kita menjumpai Allah ta’ala dengan kalbu yang selamat.”
Allah ta’ala berfirman tentang Nabi Ibrahim ‘alaihissalam dan itu adalah pujian Allah ta’ala kepada beliau,
اِذۡ جَآءَ رَبَّهٗ بِقَلۡبٍ سَلِيۡمٍ
“(Ingatlah) ketika dia (Ibrahim) datang kepada Tuhannya dengan hati yang suci,” (QS Ash-Shaffat: 84)
Demikian pula Allah ta’ala berfirman dalam ayat lain yang lebih umum dari pada itu,
يَوْمَ لَا يَنْفَعُ مَالٌ وَّلَا بَنُوْنَ ۙ
اِلَّا مَنْ اَتَى اللّٰهَ بِقَلْبٍ سَلِيْمٍ ۗ
“(yaitu) pada hari (ketika) harta dan anak-anak tidak berguna,kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih,” (QS. Asy-Syu’ara’ 88-89)
Semoga kebersamaan kita dapat terus membersihkan dan menjernihkan kalbu kita masing-masing.
Kita akan melanjutkan kembali pembahasan kita mengkaji sebuah kitab Karya Al-Imam Yahya Ibnu Saraf An-Nawawi rahimahullah dan kita telah sampai pada bab ke 94, bab “Memuliakan Tamu”. Akan dijelaskan siapa yang dimaksud dengan tamu dalam perspektif hukum agama kita. Karena penggunaan kata “tamu” dalam bahasa Indonesia demikian luas, sehinggga perlunya penjelasan dan berkaitan dengan makna hadits yang akan dibahas.
Mari, kita simak lebih cermat dan lanjut lagi melalui rekaman di bawah ini, baarakallahu fiikum.