Artikel IslamArtikel Pilihan

Valentine Bukan Budaya Orang Islam

Valentine Bukan Budaya Orang Islam
Khutbah Jum’at 11 Februari 2022
Ustadz Harits

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah

Sebagai seorang muslim yang mendambakan kebahagiaan di dunia dan akhirat sudah selayaknya iman dan takwa wajib kita sertakan dalam setiap lintasan kehidupan kita di dunia ini. Oleh karena itu, marilah kita senantiasa meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah ta’ala yakni dengan menjalankan semua perintahnya dan meninggalkan segala bentuk larangannya. Karena dengan ketakwaan sajalah kebahagiaan dan kemuliaan dapat kita raih. Allah ta’ala berfirman dalam surah Al-Hujarat ayat 13:

إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ

Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa di antara kalian

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah

Di era globalisasi ini, tidak sedikit kita dapati generasi islam yang mengadopsi budaya-budaya barat walaupun budaya-budaya tersebut bertentangan dengan kultur dan syari’at islam, baik dari segi gaya hidup, gaya berpakaian, gaya rambut, gaya makan dan lain sebagainya semuanya berkiblat ke barat. Di antara sekian banyak tradisi, budaya dan adat istiadat yang diikuti yaitu memperingati hari Valentine yang biasanya dirayakan setiap tanggal 14 Februari setiap tahunnya. Banyak kaum muslimin terkhusus kawula muda ikut-ikutan merayakan hari tersebut. Lantas bagaimanakah Islam memandang fenomena ini?

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Bila kita melihat asal muasal hari Valentine, kita dapati ada banyak versi mengenai asal usulnya. Ada yang menyebutkan awalnya adalah dari nama Santo Valentine, pemuda yang meninggal pada tanggal 14 Februari 269 M karena menjalani hukuman eksekusi Raja Romawi pada waktu itu. Dia dieksekusi karena menentang ketetapan raja, yaitu memimpin gerakan menolak wajib militer, dan memerintahkan untuk mengawinkan pasangan muda-mudi yang hal tersebut terlarang pada waktu itu, sehingga Valentino ini dinobatkan sebagai seorang pejuang cinta.

Dalam versi lainnya, Valentine terkait dengan penyembahan dewa-dewi pada zaman Athena Kuno pada pekan perayaan yang berlangsung tanggal 13 hingga 18 Februari. Puncak penyembahan berlangsung tanggal 13-14 Februari, dengan acara ritual penyembahan untuk Dewi Cinta.

Dalam rangka menarik masyarakat masuk ke gereja, maka diadopsilah perayaan penyembahan berhala tersebut oleh Paus Gelasius pada tahun 469 M hingga akhirnya diresmikanlah sebagai hari Valentine sejak tanggal 14 Februari 498 M.

Berdasarkan keterangan tersebut, tentu kita sebagai umat muslim sangat tidak layak mengikuti dan memperingati hari Valentine tersebut, karena telah jelas hal tersebut adalah tradisi dan budaya yang berasal dari non muslim.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memperingatkan umatnya dari mengikuti budaya orang kafir, beliau bersabda:

لَتَتَّبِعُنَّ سَنَنَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ شِبْرًا بِشِبْرٍ وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ حَتَّى لَوْ دَخَلُوا فِى جُحْرِ ضَبٍّ لاَتَّبَعْتُمُوهُمْ , قُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ آلْيَهُودَ وَالنَّصَارَى قَالَ : فَمَنْ

“Sungguh kalian akan mengikuti jalan orang-orang sebelum kalian sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta sampai jika orang-orang yang kalian ikuti itu masuk ke lubang dhob (yang sempit sekalipun, -pen), pasti kalian pun akan mengikutinya.” Kami (para sahabat) berkata, “Wahai Rasulullah, apakah yang diikuti itu adalah Yahudi dan Nashrani?” Beliau menjawab, “Lantas siapa lagi?” (HR. Muslim no. 2669).

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Syaikh Muhammad al-Utsaimin ketika ditanya tentang hari Valentine beliau mengatakan,

“Memperingati hari Valentine itu sesuatu yang terlarang, karena beberapa alasan. Pertama, ia merupakan hari raya baru yang tidak ada landasan hukumnya dalam syariat islam. Kedua, perayaan tersebut menyeru kepada hawa nafsu dan mabuk cinta yang terlarang. Ketiga, perayaan tersebut dapat menyebabkan hati sibuk dengan perkara-perkara murahan yang sangat bertentangan dengan petunjuk para salafus shalih.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Terdapat beberapa sisi buruk dan kerusakan/ kemungkaran yang ada di hari Valentine.

Pertama: Merayakan Valentine berarti meniru-niru orang kafir.

Islam secara tegas telah melarang kita untuk meniru-niru orang kafir. sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:

مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ

“Barangsiapa yang meniru suatu kaum, maka ia termasuk bagian dari mereka.” (HR. Abu Daud).

Sebagaimana telah diketahui bahwa hari valentine adalah perayaan paganisme yang kemudian diadopsi menjadi ritual agama nasrani, maka merayakannya berarti kita telah meniru-niru mereka.

Kedua: menghadiri perayaan orang kafir bukan ciri orang beriman. Allah ta’ala menyebutkan ciri-ciri orang-orang beriman diantaranya:

وَٱلَّذِينَ لَا يَشْهَدُونَ ٱلزُّورَ وَإِذَا مَرُّوا۟ بِٱللَّغْوِ مَرُّوا۟ كِرَامًا

Dan orang-orang yang tidak menyaksikan perbuatan zur, dan apabila mereka bertemu dengan (orang-orang) yang mengerjakan perbuatan yang tidak berfaedah, mereka lalui (saja) dengan menjaga kehormatan dirinya.” (QS. Al Furqan : 72)

Ibnul Jauzi dalam Zadul Masir mengatakan bahwa ada 8 pendapat mengenai makna kalimat Tidak menyaksikan perbuatan zur. Di antara pendapat tersebut adalah tidak menghadiri perayaan orang musyrik. Inilah yang dikatakan oleh Ar Robi’ bin Anas rahimahullah.

Sehingga, ayat di atas merupakan pujian untuk orang yang tidak menghadiri perayaan orang musyrik. Jika tidak menghadiri perayaan tersebut adalah suatu hal yang terpuji, maka ini berarti menghadiri /melakukan perayaan tersebut adalah perbuatan yang sangat tercela.

Ketiga: Pengagungan untuk tokoh yang dinobatkan sebagai pejuang cinta akan membuat dia berkumpul bersamanya di hari kiamat kelak.

Orang-orang yang merayakan valentine, mereka mengagungkan dan mencintai seorang tokoh Nasrani yang dianggap sebagai pembela dan pejuang cinta di saat raja pada waktu itu melarang menikahkan para pemuda.

Diriwayatkan dari Anas bin Malik Radhiyallahu ‘anhu, beliau mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya:

Wahai Rasulullah kapankah datangnya hari kiamat,?” Rasulullah balik bertanya:

Apa yang engkau siapkan untuk menghadapinya (hari kiamat) tersebut?”

Orang tersebut menjawab,

Aku tidaklah mempersiapkan untuk menghadapi hari tersebut dengan banyak shalat, banyak puasa dan banyak sedekah. Tetapi yang aku persiapkan adalah cinta Allah dan Rasul-Nya.”

Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata:

“(Kalau begitu) engkau akan bersama dengan orang yang engkau cintai.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Dalam riwayat lain di shahih Bukhari, Sahabat Anas radhiyallahu ‘anhu mengatakan:

Tidaklah kami pernah merasa gembira sebagaimana rasa gembira kami ketika mendengar sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Anta ma’a man ahbabta (Engkau akan bersama dengan orang yang engkau cintai).” Anas pun mengatakan,

Kalau begitu aku mencintai Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, Abu Bakar, dan ‘Umar. Aku berharap bisa bersama dengan mereka karena kecintaanku pada mereka, walaupun aku tidak bisa beramal seperti amalan mereka.”

Mari kita bandingkan, bagaimana jika yang dicintai dan diagungkan adalah seorang tokoh Nasrani, tentunya kita sebagai muslim tidak rela jika dikumpulkan bersama orang tersebut di hari kiamat.

Kita renungkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Kalau begitu engkau bersama dengan orang yang engkau cintai”.

Keempat: Hari (yang katanya hari) kasih sayang menjadi hari semangat berzina, perayaan hari valentine di masa sekarang ini mengalami pergeseran sejarah.

Jika di masa romawi, sangat terkait erat dengan dunia para dewa dan mitologi sesat, kemudian di masa kristen dijadikan bagian dari simbol perayaan hari agama. Adapun di masa sekarang, perayaan valentine identik dengan pergaulan bebas muda-mudi.

Dalam semangat hari valentine saat ini, ada sebuah kepercayaan bahwa melakukan maksiat dan larangan-larangan agama seperti berpacaran, bergandengan tangan, berpelukan, bahkan hubungan di luar nikah di kalangan sesama remaja itu menjadi boleh. Dikarenakan semua itu adalah ungkapan rasa kasih sayang. Naudzubillah min dzalik. Jika kita melihat ajaran agama ini, perbuatan mendekati zina saja haram, terlebih lagi melakukannya. Allah Ta’ala berfirman yang artinya:

وَلَا تَقْرَبُوا۟ ٱلزِّنَىٰٓ ۖ إِنَّهُۥ كَانَ فَٰحِشَةً وَسَآءَ سَبِيلًا

Dan janganlah kalian mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.” (QS. Al Isro’ : 32)

Dalam Tafsir Jalalain dikatakan bahwa larangan dalam ayat ini lebih keras daripada perkataan ‘Janganlah melakukannya’. Artinya, bahwa jika kita mendekati zina saja terlarang, bagaimana lagi sampai melakukan perbuatan zina, tentu hal ini jelas lebih terlarang.

Kelima: Meniru Perbuatan Setan

Menjelang hari valentine berbagai macam coklat, bunga, hadiah, kado dan lain sebagainya laku keras. Berapa banyak uang yang dihambur-hamburkan ketika itu. Padahal sebenarnya harta tersebut masih bisa dibelanjakan untuk keperluan lain yang lebih bermanfaat atau malah berbuah pahala. Namun, hawa nafsu berkehendak lain. Perbuatan setan lebih senang untuk diikuti daripada hal lainnya. Itulah pemborosan yang dilakukan hanya demi merayakan hari valentine, Allah Ta’ala telah berfirman yang artinya:

وَلَا تُبَذِّرْ تَبْذِيرًا إِنَّ ٱلْمُبَذِّرِينَ كَانُوٓا۟ إِخْوَٰنَ ٱلشَّيَٰطِينِ

Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan.” (QS. Al Isro’ : 26-27)

Maksudnya adalah mereka menyerupai setan dalam hal ini.

Ibnu Mas’ud dan Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhum mengatakan, “Tabdzir (pemborosan) adalah menginfakkan sesuatu pada jalan yang keliru”.

Demikianlah sebagian dari kemungkaran-kemungkaran yg terjadi dari perayaan hari valentine, mudah mudahan Allah menjaga kita dan seluruh kaum muslimin dari keburukan-keburukannya.

Demikianlah sebagian kerusakan yang ada di hari valentine, mulai dari paganisme, kesyirikan, ritual nasrani, perzinahan dan pemborosan. Dan sungguh, cinta dan kasih sayang yang diagung-agungkan di hari tersebut adalah sesuatu yang semu yang akan merusak akhlak dan norma-norma agama. Bahkan hari Valentine bukan hanya diingkari oleh pemuka agama islam saja, melainkan juga oleh agama lainnya, seperti misalnya di India yang mayoritas penduduknya beragama Hindu. Dengan alasan, karena hari valentine dapat merusak tatanan nilai dan norma kehidupan bermasyarakat. Oleh karena itu, Marilah kita jaga keluarga, saudara, istri dan anak kita dari ikut-ikutan merayakan perayaan yang mengandung banyak kemungkaran tersebut.

Demikian sedikit ringkasan yang dapat kami tulis dalam momen khutbah jum’at, 11 Februari 2022. Semoga dapat memberikan manfaat bagi yang membaca serta Allah ta’ala berikan taufik dan kemudahan kepada kita semua untuk mengamalkan-Nya, aminn.

Print Friendly, PDF & Email

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Back to top button
WeCreativez WhatsApp Support
Ahlan wa Sahlan di Website Resmi Pesantren Al Lu'lu' Wal Marjan Magelang
👋 Ada Yang Bisa Kami Bantu?
Close
Close