Artikel Islam

Bersemangat Setelah Liburan

Bersemangat Setelah Liburan
Khutbah Jum’at, 30 Desember 2022
Ustadz Aufa Abdullah

Setelah kita melewati masa-masa liburan kita, semoga Allah ta’ala memberkahi waktu liburan yang kita lewati kemarin, maka datang waktunya kita kembali ke pondok pesantren yang kita cintai ini. Ada beberapa hal yang sepatutnya kita perhatikan setelah kita kembali selepas liburan.

Hal pertama dan yang paling utama yang harus kita tanamkan kepada diri kita adalah “Memperbarui Niat”. Apakah kita kembali dengan niat yang ikhlas atau ada niat lainnya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda di dalam hadits yang mahsyur di kalangan kita, yaitu:

إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّةِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى

Sesungguhnya segala perbuatan itu tergantung pada niatnya, dan setiap orang akan mendapatkan apa yang diniatkannya” (HR Bukhari dan Muslim).

Maka ketika kita mengaplikasikan hadits ini di dalam kehidupan kita, orang yang kembali ke pesantren hanya untuk sekedar mengisi waktu luang saja, mengisi masa mudanya saja, hanya untuk bermain saja, maka ketika dia tidak lagi berada di pesantren hal itulah yang akan dia dapatkan. Akan tetapi berbeda ketika dia datang mengikhlaskan niatnya, untuk mempelajari ilmu agama, untuk menghilangkan kebodohan dari dalam dirinya, maka Allah akan mudahkan baginya kemudahan di dalam mendapatkan ilmu. Sehingga segala sesuatu tergantung niat yang ia tanamkan di dalam hatinya.

Kemudian hal berikutnya yang tidak kalah pentingnya ketika kembali ke pesantren adalah jujur ketika kita menuntut ilmu. Hal ini sebagaimana yang disampaikan oleh As-Syaikh Sholih Al-Ushaimi hafidzahullahu:

“Wahai saudaraku, engkau sekali-kali tidak akan mendapatkan ilmu dengan kuatnya hafalanmu, dan tidak pula engkau mendapatkan ilmu dengan pemahamanmu terhadap pelajaran-pelajaran, dan tidak pula engkau mendapatkan ilmu dengan memperbanyak mengikuti halaqah-halaqah ilmu. Sesungguhnya engkau akan meraih ilmu dengan kejujuranmu kepada Allah ta’ala di dalam menuntut ilmu”.

Barangsiapa yang memberikan kejujuran di dalam hatinya dalam menuntut ilmu karena Allah, maka dari situlah Allah akan memberikan, menganugerahkan ilmu sesuai dengan apa yang Allah kehendaki kepadanya. Sesungguhnya ilmu adalah anugerah dan pemberian hanya dari Allah ta’ala, dan kunci untuk meraih ilmu tersebut hanya berada di tangan Al-Fattah yaitu Allah yang maha membuka hati-hati hamba-Nya untuk menerima ilmu tersebut. Maka tidaklah selayaknya seorang hamba, seorang penuntut ilmu untuk melalaikan hakikat kejujurannya hanya untuk Allah, bahkan sudah selayaknya baginya untuk menghilangkan hal-hal yang menjauhkan dirinya dari hakikat tersebut.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ta’ala anhu, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

Barangsiapa yang menuntut ilmu yang seharusnya dia mengharpkan wajah Allah ta’ala di dalamnya, namun justru dia mempelajari ilmu tersebut hanya untuk mendapatkan sedikit dari kenikmatan dunia, maka dia tidak akan mencium yang namanya bau surga pada hari kiamat nanti
(HR. Abu Daud no. 3664, Ibnu Majah no. 252 dan Ahmad 2: 338. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)

Ini merupakan ancaman yang sangat dahsyat bagi penuntut ilmu ketika dia tidak jujur menuntut ilmu hanya untuk Allah ta’ala.

Kemudian poin berikutnya adalah mari kita semangat dalam menuntut ilmu, melakukan hal-hal bermanfaat dan di samping itu hendaknya kita juga menjauhi maksiat kepada Allah ta’ala, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَلاَ تَعْجِزْ

Bersemangatlah atas hal-hal yang bermanfaat bagimu. Minta tolonglah pada Allah, jangan engkau lemah
(HR. Muslim)

Allah ta’ala berfirman:

فَفِرُّوْٓا اِلَى اللّٰهِ

Maka bersegeralah kembali kepada (menaati) Allah
(QS. Az-Zariyat 50)

Maka dari ayat ini kita mengetahui ketika Allah memerintahkan kita untuk berbuat taat kepada-Nya, di sisi lain Allah juga melarang kita untuk berbuat maksiat kepadanya baik maksiat yang besar maupun yang kecil.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

Sesungguhnya ketika seorang hamba melakukan suatu kesalahan (dosa), maka akan digoreskan kepada hatinya titik hitam, dan apabila dia berhenti melakukan dosa tersebut, meminta ampunan kepada Allah kemudian bertaubat, maka akan dibersihkan kembali hatinya dan apabila dia mengulanginya kembali, maka akan di tambah kembali titik hitam tersebut sampai menutupi hatinya, dan titik hitam itulah yang dinamakan Ar-ran” (HR. Tirmizi)

Allah ta’ala berfirman:

كَلَّا بَلْ ۜرَانَ عَلٰى قُلُوْبِهِمْ مَّا كَانُوْا يَكْسِبُوْنَ

Sekali-kali tidak! Bahkan apa yang mereka kerjakan itu telah menutupi hati mereka
(QS. Al-Muthaffifin 14)

Demikian ringkasan khutbah ini kami sampaikan, semoga dapat memberikan manfaat dan barakah bagi yang membacanya.

Print Friendly, PDF & Email

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Back to top button
WeCreativez WhatsApp Support
Ahlan wa Sahlan di Website Resmi Pesantren Al Lu'lu' Wal Marjan Magelang
👋 Ada Yang Bisa Kami Bantu?
Close
Close