Artikel IslamArtikel Pilihan

Mencintai dan Membenci Karena Allah

Mencintai dan Membenci Karena Allah
Khutbah Jum’at, 09 September 2022
Ustadz Aufa Abdullah

Tiada kata yang lebih pantas dan lebih indah untuk kita haturkan dan untuk kita senandungkan pada hari yang penuh dengan keberkahan ini, selian kata-kata syukur kepada Allah ta’ala, kita haturkan rasa syukur tersebut baik dengan ucapan maupun perbuatan serta memaksimalkan diri untuk selalu melaksanakan perintah-perintah Allah dan menjauhi larangan-larangan Allah.

Iman seorang muslim itu dapat bertambah hingga sampai kepada puncaknya dan bisa berkurang hingga tidak tersisa sedikitpun.

Maka salah satu sebab seorang mukmin dapat mencapai puncak kesempurnaan iman tersebut adalah ketika dia mencintai saudaranya karena Allah dan membenci saudaranya pun karena Allah.

Diriwayatkan oleh Abu Umamah Al-Bahily radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

Barang siapa yang mencintai karena Allah dan membenci juga Karena Allah serta memberi sesuatu karena Allah dan menahan pemberian pun karena Allah, maka sungguh telah sempurna keimanannya” (HR. Abu Daud)

Wala’ dan Bara’ atau cinta dan benci karena Allah adalah sebuah prinsip yang harus dipahami dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari seorang mukmin. Faktor utama yang menjadikan kita mencintai sesuatu adalah karena Allah dan sebaliknya pula faktor utama yang menjadikan kita membenci akan sesuatu hal adalah karena Allah.

Seperti halnya kita mencintai shalat, kejujuran, kelemahlembutan dan semua amalan-amalan saleh maupun perbuatan-perbuatan mulia lainnya karena karena Allah, begitu pula ketika membenci, maka kita membenci kezaliman, keserakahan, kesewenang-wenangan dan perilaku buruk lainnya semata karena Allah.

Kita mencintai seorang karena dia taat kepada Allah, kita membenci seseorang karena dia tidak taat kepada aturan Allah. Sebagaimana kita mencintai kaum mukminin serta orang-orang soleh karena Allah, mencintai mereka dan kita membenci orang-orang kafir para pelaku kesyirikan bid’ah dan maksiat dikarenakan Allah membenci mereka.

Di dalam hadits yang lain yang diriwayatkan oleh Al-Bara’ Ibn Ibnu Azib radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

Sesungguhnya simpul keimanan (ikatan keimanan) yang paling kuat manakala seseorang mencintai karena Allah dan membencipun Karena Allah ta’ala” (HR. Ahmad dan dinilai Hasan oleh Syaikh Albani).

Mereka orang-orang yang sedang mencintai karena Allah tidak akan berkurang cintanya walaupun orang yang ia cintai tidak pernah berbuat baik kepada dirinya. Karena dasar cintanya adalah karena Allah bukan karena kecintaan karena duniawi yang sangat kecil, inilah yang menjadikan keimanan mereka bertambah kuat.

Dan ketika seseorang tidak mencintai karena Allah, maka dengan mudahnya hubungan di antara mereka retak, mereka mencintai karena duniawai merka mencintai karena bisnis, kedudukan, harta, jabatan dan hal duniawi lainnya. Ketika dunia itu mereka tidak dapatkan oleh mereka, timbullah permusuhan di antara mereka, timbullah kebencian di antara mereka yang mana kebencian ini pun tidak di dasarkan karena Allah ta’ala. Kebencian tersebut didasari karena tidak didapatkan duniawi di dalam hubungan kecintaan mereka.

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda kepada para sahabatnya:

Maukah aku beritahu kepada kalian amalan yang lebih utama, bagus, baik dari pada shalat dari zakat dari puasa”, para sahabat pun menjawab mau. Maka Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menjawab: “Yaitu baiknya hubungan sesama muslim, karena rusaknya hubungan sesama muslim itu bisa mengikis serta merusak agama” (HR. At-Tirmidzi no. 2509, dan dinilai sahih oleh At-Tirmidzi)

Bagaimana bisa rusaknya agama hubungannya sesama muslim itu bisa merusak agama mereka? Hal itu pastilah karena cintanya kepada hal-hal duniawi bukan karena Allah semata. Kecintaan karena inilah cepat atau lambat akan membuat sesorang saling membenci satu sama lainnya.

Bahkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh imam Abu Daud, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

Bahwasanya di setiap hari Senin dan Kamis pintu-pintu surga Allah ta’ala dibuka kemudian amalan-amalan hamba akan diangkat kepada Allah ta’ala dan Allah pun mengampuni dosa-dosa orang yang tidak mempersekutukan Allah ta’ala”. Kemudian Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: “kecuali dua orang yang saling bertengkar atau bertikai” maka Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, Allah ta’ala berfirman: “tangguhkan kedua orang ini sampai keduanya berdamai

Maka marilah kita bersama-sama untuk mencintai karena Alllah  dan tanamkan kepada diri kita masing-masing untuk mencintai dan membenci karena Allah.

Kecintaan atau kebencian kita kepada seseorang tidak boleh berlebihan dalam arti harus sesuai porsinya masing-masing, yakni sesuai dengan kadar yang benar. Maksudnya adalah kadar kecintaan kita kepada seseorang harus disesuaikan dengan dengan kadar keimanan yang dimilikinya, sebaliknya kadar kebencian kita kepada seseorang pun harus disesuaikan dengan kadar penyimpangan yang ada dalam dirinya.

Sehingga walaupun orang kafir maupun pelaku dosa dan maksiat sama-sama harus dibenci, tapi kadar kebencian kita kepada keduanya tentu harus berbeda. Orang kafir dibenci secara total sedangkan pelaku dosa dan maksiat kita membenci mereka sesuai dengan porsi kefasikannya dan dalam satu waktu mereka berhak untuk dicintai sesuai dengan kadar keimanan yang dimilikinya.

Allah ta’ala berfirman:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُوْنُوْا قَوَّامِيْنَ لِلّٰهِ شُهَدَاۤءَ بِالْقِسْطِۖ وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَاٰنُ قَوْمٍ عَلٰٓى اَلَّا تَعْدِلُوْا ۗاِعْدِلُوْاۗ هُوَ اَقْرَبُ لِلتَّقْوٰىۖ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌۢ بِمَا تَعْمَلُوْنَ

“Hai orang-orang yang beriman hendaklah engkau menjadi orang-orang yang selalu menegakkan kebenaran karena Allah ta’ala dan menjadi saksi dengan adil dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap suatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak adil berlaku adillah karena adil itu lebih dekat kepada taqwa dan bertakwalah kepada Allah sungguh Allah maha teliti dengan apa yang kamu kerjakan” (QS. Al-Ma’idah 8)

Demikian ringkasan khutbah ini kami sampaikan, semoga dapat memberikan manfaat dan barakah bagi yang membacanya.

Print Friendly, PDF & Email

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Back to top button
WeCreativez WhatsApp Support
Ahlan wa Sahlan di Website Resmi Pesantren Al Lu'lu' Wal Marjan Magelang
👋 Ada Yang Bisa Kami Bantu?
Close
Close