Artikel IslamArtikel Pilihan

Keutamaan Istighfar

Keutamaan Istighfar
Khutbah Jum’at 18 Februari 2022
Ustadz Rizal Yuliar Putrananda

Salah satu di antara yang membentengi umat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dari azab yang menyeluruh adalah keberadaan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam di tengah-tengah mereka dan ini telah terangkat. Yang kedua, konsistensi mereka umat nabi Muhammad di dalam beristighfar, memohon ampun kepada-Nya.

Allah ta’ala berfirman:

وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُعَذِّبَهُمْ وَأَنْتَ فِيهِمْ ۚ وَمَا كَانَ اللَّهُ مُعَذِّبَهُمْ وَهُمْ يَسْتَغْفِرُونَ

Dan Allah ta’ala tiada mengadzab mereka sementara engkau wahai Muhammad masih berada di tengah mereka, dan Allah ta’ala tidak mengadzab mereka manakala mereka beristighfar” (QS. Al-Anfal :33)

Di antara sekian banyak dzikir yang sejatinya mudah diucapkan dengan lisan yang sejatinya ringan dilakukan oleh segenap anggota badan, akan tetapi banyak diabaikan oleh hamba-hamba Allah ta’ala adalah beristighfar. Begitu banyak ayat alquran dan hadits Rasulullah yang mengajak kita, mengingatkan kita dan menjelaskan keutamaan istighfar untuk kita.

Allah ta’ala berfirman:

وَاسْتَغْفِرُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ
(QS. Al-Baqarah:199)

Allah ta’ala berfirman:

وَأَنِ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ
(QS. Hud: 3)

Allah ta’ala berfirman:

فَاسْتَقِيمُوا إِلَيْهِ وَاسْتَغْفِرُوهُ
(QS. Fussilat: 6)

Semua ayat di atas adalah perintah istighfar yang Allah ta’ala tetapkan bagi kita. Terkadang di dalam ayat-ayat alquran, Allah ta’ala menjelaskan pujian bagi mereka hamba-hamba yang beristighfar.

Allah ta’ala berfirman:

الصَّابِرِينَ وَالصَّادِقِينَ وَالْقَانِتِينَ وَالْمُنْفِقِينَ وَالْمُسْتَغْفِرِينَ بِالْأَسْحَارِ
(QS. Ali Imran: 17)

Allah ta’ala juga menyatakan:

وَبِالْأَسْحَارِ هُمْ يَسْتَغْفِرُونَ
(QS. Az-Zariyat: 18)

Allah ta’ala juga menegaskan:

وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا اللَّهُ وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَى مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ
(QS. Ali Imran : 135)

Pintu taubat dan istighar Allah tidak pernah tertutup. Allah ta’ala menyatakan:

وَمَنْ يَعْمَلْ سُوءًا أَوْ يَظْلِمْ نَفْسَهُ ثُمَّ يَسْتَغْفِرِ اللَّهَ يَجِدِ اللَّهَ غَفُورًا رَحِيمًا
(QS. An Nisa : 110)

Bahkan Allah ta’ala mengajak kita untuk bergegas menuju ampunan Allah, meraih ampunan Allah ta’ala.

Allah ta’ala berfirman:

وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ
(QS. Ali Imran : 133)

Allah ta’ala menyatakan:

إِنَّهُ لَا يَيْأَسُ مِنْ رَوْحِ اللَّهِ إِلَّا الْقَوْمُ الْكَافِرُونَ
(QS. Yusuf : 87)

 Ma’asyiral muslimin rahimakumullah

Tidak ada yang sulit untuk memperbanyak istighfar karena kita memang tercipta dalam keadaan banyak melakukan dosa, sebagaimana kita tahu bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menyatakan:

كُلُّ بَنِيْ آدَمَ خَطَّاءٌوَخَيْرُ الْخَطَّائِيْنَ التَّوَّابُوْنَ

Seluruh anak Adam berdosa dan sebaik-baik orang yang berdosa adalah yang bertaubat” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah)

Maka beristighfarlah kepada Allah ta’ala dan lihatlah keteladanan manusia-manusia terbaik pilihan Allah, para nabi dan utusan-utusan Allah ta’ala mulai dari Nabi Adam sampai Nabi Muhammad  shallallahu ‘alaihi wasallam.

Sekalipun mereka adalah manusia terbaik pilihan Allah ta’ala dan Allah tunjuk mereka untuk menjadi utusanNya, tapi ternyata mereka adalah yang paling terdepan memperbanyak taubat dan istighafar mereka kepada Allah ta’ala.

Nabi Adam ‘alaihissalam pernah melakukan kekeliruan besar sehingga Allah mengeluarkannya dari surga, namun Nabi Adam ‘alaihissalam bertaubat beristighfar kepada Allah ta’ala, bahkan semula beliau tidak tahu bagaimanakah memohon ampunan kepada Allah ta’ala, maka Allah ajarkan beliau untuk bertaubat dan beristighfar kepadanya.

Allah ta’ala berfirman:

فَتَلَقَّىٰ آدَمُ مِنْ رَبِّهِ كَلِمَاتٍ فَتَابَ عَلَيْهِ ۚ إِنَّهُ هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ
(QS. Al Baqarah: 37)

Kemudian dijelaskan apa yang dimaksud dengan kalimat yang Allah ta’ala berikan kepada Adam untuk megucapkan taubatnya. Allah ta’ala berfirman tentang istighfar Nabi Adam ‘alaihissalam bersama istrinya Hawa:

قَالَا رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
(QS. Al-A’raf: 23)

Nabi Nuh ‘alaihissalam merasa berdosa melakukan kekeliruan, maka beliau pun kembali kepada Allah ta’ala dengan taubat dan istighfar, Allah ta’ala mengabadikan istighfar Nabi Nuh ‘alaihissalam.

Allah ta’ala berfirman:

قَالَ رَبِّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أَسْأَلَكَ مَا لَيْسَ لِي بِهِ عِلْمٌ وَإِلَّا تَغْفِرْ لِي وَتَرْحَمْنِي أَكُنْ مِنَ الْخَاسِرِينَ
(QS. Hud : 47)

Nabi Ibrahim ‘alaihissalam beliaupun merasa melakukan dosa, maka beliau segera bertaubat, beristighfar kembali kepada Allah ta’ala ingin meraih ampunan atas dosa-dosanya tersebut.

Allah ta’ala berfirman tentang istighfar Nabi Ibrahim:

رَبَّنَا اغْفِرْ لِي وَلِوَالِدَيَّ وَلِلْمُؤْمِنِينَ يَوْمَ يَقُومُ الْحِسَابُ
(QS. Ibrahim: 41)

Demikian pula Allah ta’ala mengabadikan permohonan ampun Nabi Ibrahim ‘alaihissalam dalam ayat yang lain. Allah ta’ala berfirman tentang do’a Nabi Ibrahim tersebut:

وَالَّذِي أَطْمَعُ أَنْ يَغْفِرَ لِي خَطِيئَتِي يَوْمَ الدِّينِ
(QS. Asy-Syu’ara : 82)

Nabi Musa ‘alaihissalam merasa berdosa kepada Allah ta’ala, maka kemudian beliau bertaubat dan memohon ampun kepada Allah, dan Allah ta’ala mengabadikan permohonan ampun Nabi Musa ‘alaihissalam,

Allah ta’ala berfirman:

قَالَ رَبِّ إِنِّي ظَلَمْتُ نَفْسِي فَاغْفِرْ لِي فَغَفَرَ لَهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
(QS. Al Qasas : 16)

Demikian pula Allah ta’ala menyatakan tentang taubat dan istighfar Nabi Musa‘alaihissalam,

Allah ta’ala berfirman:

سُبْحَانَكَ تُبْتُ إِلَيْكَ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُؤْمِنِينَ
(QS. Al A’raf : 143)

Demikian pula Allah ta’ala menyatakan:

قَالَ رَبِّ اغْفِرْ لِي وَلِأَخِي وَأَدْخِلْنَا فِي رَحْمَتِكَ وَأَنْتَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ
(QS. Al A’raf: 151)

Nabi Daud ‘alaihissalam, beliau bertaubat memohon ampun kepada Allah, dan Allah abadikan istighfar beliau di dalam Al-Qur’an, Allah ta’ala berfirman menyatakan:

وَظَنَّ دَاوُودُ أَنَّمَا فَتَنَّاهُ فَاسْتَغْفَرَ رَبَّهُ وَخَرَّ رَاكِعًا وَأَنَابَ
(QS. Shaad : 24)

Nabi Sulaiman, putra Nabi Daud ‘alaihimassalam beliau menyadari dirinya telah berbuat kekeliruan dan ia segera bertaubat memohon ampun kepada Allah ta’ala, Allah pun mengabadikan istighfar Nabi Sulaiman ‘alaihissalam:

قَالَ رَبِّ اغْفِرْ لِي وَهَبْ لِي مُلْكًا لَا يَنْبَغِي لِأَحَدٍ مِنْ بَعْدِي إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ
(QS. Shaad : 35)

Nabi Yunus ‘alaihissalam beliau menyadari dirinya melakukan kekeliruan, maka segera beliau kembali kepada Allah memohon taubat dan ampunan Allah ta’ala. Allah ta’ala mengisahkan istighfar Nabi Yunus ‘alaihissalam, Allah ta’ala berfirman:

وَذَا النُّونِ إِذْ ذَهَبَ مُغَاضِبًا فَظَنَّ أَنْ لَنْ نَقْدِرَ عَلَيْهِ فَنَادَىٰ فِي الظُّلُمَاتِ أَنْ لَا إِلَٰهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ
(QS. Al Anbiya : 87)

فَاسْتَجَبْنَا لَهُ وَنَجَّيْنَاهُ مِنَ الْغَمِّ ۚ وَكَذَٰلِكَ نُنْجِي الْمُؤْمِنِينَ
(QS. Al Anbiya : 88)

Ayyuhal mu’minun, berdosa pada diri manusia merupakan sebuah keniscayaan, tidak mungkin seorang hamba tidak tergelincir dalam dosa, namun bukan berarti ia membiarkan dirinya larut di dalam dosa dan maksiat.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda dalam hadist yang shahih diriwayatkan oleh Imam Muslim. Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menyatakan yang artinya:

Demi Allah yang jiwaku ada di tangan-Nya, sekiranya kalian tidak berdosa maka Allah ta’ala akan membinasakan kalian, dan Allah ta’ala akan datang dengan kaum yang lain dengan hamba-hamba yang berbeda mereka berdosa dan mereka beristighfar memohon ampun kepada Allah sehingga Allah ta’ala mengampuni mereka

Apakah akan kita nantikan murka Allah ta’ala sementara kita mampu beristighfar? akankah kita menunda istighfar? akankah kita menunda taubat? akankah kita lalai dalam sekian banyak dosa dan maksiat?

Perbanyak taubat, perbanyak istighfar di setiap keadaan di manapun kita berada. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bertaubat dan beristighfar dalam satu harinya tidak kurang dari 70 kali, bahkan beliau bertaubat dan beristighfar kepada Allah ta’ala dalam satu hari 100 kali. Sementara kita yang jelas banyak dosanya, yang belum mendapat jaminan terhadap ampunan dari dosa-dosanya. Betapa sulitnya kita beristighfar, betapa membatu hati kita untuk tidak beristighfar. Semoga Allah ta’ala berikan taufiknya kepada kita untuk bertaubat, beristighfar memperbanyak taubat.

Istighfar bukan hanya setelah kita melakukan dosa, tetapi bertaubat dan beristighfar atas semua dosa yang kita lakukan baik yang kita sadari ataupun yang tidak kita sadari, baik yang kita ketahui ataupun yang tidak ketahui. Kekhilafan dan ketergelinciran kita banyak, maka bertaubat dan beristighfar akan mengampuni dan menghapuskan catatan dosa-dosa tersebut.

Demikian ringkasan ini kami catat, semoga bermanfaat bagi semuanya. Baarakallahu fiikum.

Print Friendly, PDF & Email

Related Articles

One Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Back to top button
WeCreativez WhatsApp Support
Ahlan wa Sahlan di Website Resmi Pesantren Al Lu'lu' Wal Marjan Magelang
👋 Ada Yang Bisa Kami Bantu?
Close
Close